Hot News

Perkembangan Ekonomi di Asia Sudah “Lampu Kuning”

JAKARTA - Presiden Indonesia ke-6, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan negara-negara di kawasan Asia agar sungguh-sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah “lampu kuning”.
“Cegah jangan sampai ‘merah’,” demikian disampaikan Kepala Negara RI dua periode (2004-2009 dan 2009-2014) melalui akun pribadinya di media sosial, twitter, @SBYudhoyono, Senin, 24 Agustus 2015.
Berikut pernyataan SBY, sang penggagas dan pendiri Partai Demokrat, selengkapnya:
Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah “lampu kuning”. Cegah jangan sampai “merah”.
Aksi nasional, termasuk solusi dan kebijakan harus efektif. Perlu pula “regional policy coordination”. Gunakan kerangka ASEAN dan ASEAN + .
Petik pelajaran krisis Asia 98 dan krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada “contagion effect” dan faktor eksternal dan internal.
Bukan hanya “emerging economies” yang pertumbuhannya melambat, tapi juga negara-negara Asia. Tiongkok pun (terbesar di Asia) kena.
Kejatuhan nilai tukar, saham gabungan dan harga minyak melebihi kewajaran. Makro dan mikro ekonomi, sektor keuangan dan riil telah terpukul.
Ekonomi Asia sedang susah, cegah isu lain yang serius. Saya berharap siaga perang dan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan segera berakhir.
Saya amati, untuk Indonesia, masyarakat mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan “trust” dan hidupnya makin susah.
Menurut saya, manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan “underestimate” dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas.
Saya masih percaya pemerintah bisa atasi gejolak ekonomi saat ini. Maaf,sebaiknya lebih fokus dan serius, serta cegah hal-hal yang tak perlu.
Di jajaran kabinet dan pemerintah tidak sedikit yang memahami ekonomi dan bisa ikut atasi gejolak saat ini. Perlu tim kerja yang solid dan efektif.
Indonesia memang sering alami gejolak. Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh,tetapi dalam krisis gobal 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya.
Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu.
Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan dengan direktif yang jelas; solusi,kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat;serta dukungan semua pihak. [rhm/dpp]