Hot News

70 Tahun Indonesia Merdeka: Refleksi Kesejarahan, Proyeksi Masa Depan

DEPOK - Bertemakan 70 Tahun Indonesia Merdeka: Refleksi Kesejarahan, Proyeksi Masa Depan, SBY menyampaikan pidato dihadapan ratusan undangan yang terdiri dari pelaku sejarah, civitas akademika dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Kamis (20/8) pagi. Ratusan peserta "International Seminar on Interpreting 70 Years of Indonesian Independence Amidst Global Changes in Historical Perspective" hadir memenuhi Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok. 

SBY menyampaikan beberapa hal yang menjadi tantangan dan pekerjaan rumah kedepan. Pertama, ideologi. SBY menyatakan keyakinannya bahwa Pancasila sebagai ideologi yang terbaik bagi Indonesia. Serta memastikan Pancasila sebagai “living ideology” tetap relevan dan mampu menjawab tantangan bangsa yang bukan hanya membuat bangsa Indonesia bersatu tapi juga maju. Kedua adalah mengenai politik dan demokrasi. Menurut SBY, demokrasi lebih baik dibandingkan sistem lain karena demokrasi yang dibangun adalah demokrasi yang kuat, stabil dan berkualitas.

Sistem presidensial dengan “check and balances” yang baik dan sistem negara kesatuan dengan desentralisasi dan otonomi daerah yang tepat dan adil menjadi poin ketiga SBY dalam menjabarkan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan. Keempat, ekonomi dan kesejahteraan rakyat. SBY memilih ekonomi pasar berkeadilan sosial dengan tetap menjaga peran pemerintah secara proporsional. Kerja sama internasional bisa menjadi langkah baik tanpa mengorbankan kepentingan nasional dan tetap berorientasi pada peningkatan taraf hidup rakyat yang bukan hanya retorika ideologis. SBY menyampaikan dalam pidato, “Lebih bagus kalau kita cari solusi, kembangkan policy agar betul-betul masalah ekonomi dapat diatasi.”

Kelima, model pembangunan menurut pandangan SBY yang harus dianut dan dituju oleh Indonesia adalah "sustainable growth with equity." Model pembangunan berkelanjutan dan green growth yang mentransformasikan ekonomi sumber daya alam ke ekonomi berbasis sumber daya manusia, “Pembangunan untuk manusia, bukan manusia untuk pembangunan,” kata SBY. Persatuan nasional (unity in diversity) menjadi poin keenam yang dijabarkan SBY harus berimbang antara internasionalisme dan nasionalisme serta semangat, rasa dan ikatan identitas kedaerahan yang diperkuat dengan toleransi dan harmoni.

Kedaulatan dan keutuhan wilayah, dikatakan SBY bahwa negara tidak boleh lengah dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah. SBY mengingatkan, negara harus tegas namun bijak dan cerdas dalam menjaga kedaulatan kita utamanya diatas tanah Papua. Hal ini ditekankan dalam poin ketujuh. Kedelapan, kebijakan luar negeri dan hubungan internasional. 

Menurut pandangan SBY kedaulatan dan keutuhan NKRI adalah harga mati, namun juga harus dilaksanakan secara cerdas dengan strategi dan kebijakan yang efektif. Globalisasi banyak menghadirkan tantangan dan ancaman sekaligus peluang, namun untuk menjadi pemenang kita harus bisa memanfaatkannya dengan mencegah ancaman dan mendapatkan peluang. “Jika delapan pekerjaan rumah ini dapat kita rampungkan bersama dan kedepan kita makin bersatu, berpikir cerdas dan bekerja keras, dipimpin oleh para pemimpin yang visioner dan efektif, Insya Allah tahun 2045 Indonesia akan jadi negara kuat dan akhir abad ke-21 menjadi negara maju. Inilah tugas sejarah kita,” ujar SBY mengakhiri pidato. [rhm/FB SBY]